Jumat, 24 Oktober 2008

Anak Cerdas

Meningkatkan Kecerdasan Anak Balita dengan Cepat dan Pasti !

Tips Ampuh untuk Orangtua yang Keduanya Bekerja. Dengan memanfaatkan sedikit waktu yang anda punya di rumah, anak anda bisa tumbuh menjadi jauh lebih cerdas.

TIGA TAHUN PERTAMA dalam kehidupan anak merupakan
masa yang paling sensitif, yang akan SANGAT MENENTUKAN
perkembangan otak dan kehidupannya di masa mendatang.

Mengapa begitu ?

Bagian TERPENTING tubuh kita, yaitu OTAK, tumbuh dengan
sangat pesat pada awal kehidupan, dan akan mencapai 70-80%
pada 3 TAHUN PERTAMA !

Bayangkan ! Otak yang begitu penting ini ternyata sebagian besar
ditentukan pada awal kehidupan kita.

Saya sempat SHOCK membaca hasil penelitian ini !

Artinya, jika anda menginginkan anak anda tumbuh dengan kondisi
yang TERBAIK, maka anda harus menginvestasikan waktu dan
apapun pada 3 tahun pertama ini, lebih dari waktu yang lain.

Jika anda mengabaikan begitu saja rentang waktu 3 tahun pertama
ini, maka anak anda tidak akan berkembang dengan maksimal,
dan anak anda akan menjadi anak yang biasa-biasa saja.

Apakah itu yang anda inginkan ? Tentu saja tidak !

Jika kita sebagai orangtua bisa melakukan yang terbaik bagi anak,
maka itulah KEWAJIBAN kita untuk memberikan HAK anak kita.

Di buku berbahasa Jepang yang berjudul Anak Cerdas dengan
IQ 200 Ditentukan oleh IBUNYA, dicantumkan hasil interview
terhadap banyak sekali ibu yang berhasil mendidik anaknya
menjadi sangat cerdas sekali.

Intinya, peran ibu yang BENAR pada 3 TAHUN PERTAMA akan
sangat menentukan kecerdasan anaknya.

Maksud kata yang BENAR disini, tidak ada hubungannya apakah
sang ibu tersebut bekerja ataukah sebagai ibu rumah tangga
secara full-time.

Disini saya akan sampaikan TIPS yang sangat AMPUH yang
HARUS dilakukan oleh ibu, terutama ibu yang bekerja karena
waktu bersama dengan anak sangat terbatas.

Tetapi sebenarnya juga perlu diperhatikan oleh ibu rumah tangga
yang full-time, karena biasanya, karena merasa punya waktu
banyak dengan anak, tetapi justru tidak segera dilakukan
dengan konsisten.

Apa saja tips tersebut ?

PERTAMA

Berikan waktu 1 JAM KHUSUS setiap harinya, tanpa boleh
diganggu gugat oleh kegiatan lain, untuk anak anda untuk
berinteraksi dengan kegiatan yang efektif bagi perkembangan
kecerdasannya.

Seorang ibu yang sekaligus wanita karir yang bernama Sakane
berhasil mendidik anaknya, Akio (3 th 5 bln) mencapai IQ 198.
(catatan : IQ rata-rata anak pada umumnya adalah 90 s.d. 109).

Sebagai seorang wanita karir, Ms. Sakane terpaksa harus menitipkan
Akio di TPA (Tempat Penitipan Anak) sejak usia 3 bulan, dari pagi
dan dijemput jam 5:30 sore. Tiba di rumah biasanya sekitar jam 6 lebih.

Setelah itu, sebelum menyiapkan makan malam pada jam 7:30,
Ms. Sakane memberikan WAKTU KHUSUS selama 1 JAM kepada
Akio untuk melakukan program pendidikan anak.

Ms. Sakane bercerita :

Karena saya bekerja, waktu 30 MENIT sebelum membawa Akio ke
TPA dan 1 JAM setelah pulang ke rumah merupakan waktu yang
SANGAT BERHARGA. Waktu 1 jam ini, jika saya melakukan hal-hal
lain yang bermacam-macam akan menjadi waktu yang hilang begitu
saja. Tetapi waktu 1 jam ini saya tentukan khusus untuk Akio, tanpa
melakukan hal lain apapun juga.

Saya gunting gambar-gambar binatang dan gambar yang menarik
lainnya dari buku/majalah, kemudian saya buat kartu bergambar
dan saya tunjukkan kepada Akio satu-per-satu.

Pada awalnya saya berpikir, apakah ada artinya saya mengajarkan
hal-hal kecil ini. Tapi, karena saya pernah mendengar bahwa hal ini
sangat baik untuk olah raga otak, maka saya teruskan juga.

Anak saya sepertinya sangat senang sekali melihat gambar yang
berubah dengan cepat dan terus-menerus, dia melihatnya dengan
sungguh-sungguh. Pada awalnya saya khawatir apakah hal ini ada
hasilnya, tetapi begitu Akio mulai bisa bicara, saya menjadi yakin
dan berpikir, Oo.. ternyata dia mengerti !.

Setelah itu saya perkenalkan dengan DOTS CARD (kartu untuk
belajar berhitung), dan menjadi mahir berhitung tambah-kurang-kali-bagi.
Sekarang Akio sudah mulai bisa perhitungan akar dan persamaan
tingkat tinggi. Sayapun menjadi bangga kepada diri saya sendiri.
Sekarang, jika saya pulang, dia langsung membawa dots card dan
berkata, Mainan ini yoook....
----------

Dari situ kita bisa melihat bahwa jika waktu yang sebentar itu hanya
untuk bermain yang tidak jelas, maka waktu tersebut akan hilang
begitu saja. Dengan hal-hal seperti diatas, akan besar sekali manfaat
yang diperoleh oleh anak kita.

Pengalaman saya sendiri, setelah beberapa bulan menerapkan hal
yg sama kepada kedua anak saya, Rihan (4 th) dan Afi (1 th 4 bln),
hasilnya cukup mulai kelihatan.

Rihan sudah sangat lancar membaca Bahasa Jepang (huruf Hiragana
dan Katakana) sejak usia 3 tahun. Untuk Bahasa Indonesia, dan
Bahasa Inggris, kelihatan berkembang dengan lebih baik berkat
penerapan kartu bergambar tersebut (istilah populer dalam pendidikan
anak adalah FLASH CARD).

Sedangkan Afi, walaupun belum bisa berbicara, sudah kelihatan
sekali senang dengan huruf dan buku. Bangun tidur pagi, dia
biasanya langsung mengambil bukunya untuk minta dibacakan
ataupun dia lihat-lihat sendiri. Kelihatan sangat lucu sekali melihat
anak seusia Afi membaca buku sendiri sambil kadang-kadang
mengeluarkan suara yang bermacam-macam :)

Jadi, jika anda belum melakukan hal yang sama,

SEGERA anda lakukan permainan ini kepada anak anda. Cukup
HANYA 1 JAM sehari, tetapi pengaruhnya sangat luar biasa.....
dan ini sudah TERBUKTI !

Dan sayapun merasakannya dengan melihat semakin banyaknya
masalah pembelajaran usia dini dibahas di media massa.

Selain itu, di grup 4 tahun 'sekolah'-nya Rihan (selevel TK A di
Indonesia (?)), semuanya sudah lancar membaca.

Jika kita tidak segera melakukan hal yang sama kepada anak-anak
kita, akan semakin tertinggallah bangsa kita ini !

Marilah kita ikut mencerdaskan generasi masa depan kita dengan
dimulai dari keluarga kita sendiri.

KEDUA

Untuk para orangtua yang bekerja, anda perlu MEMONITOR dan
memberikan PENGARAHAN yang benar kepada babysitter atau
siapa saja yang mengasuh anak anda tentang kegiatan yang perlu
dilakukan oleh anak anda selama anda tidak di rumah.

Buatlah DAFTAR KEGIATAN anak anda dengan jelas, sehingga
babysitter anda tahu apa yang harus dilakukan setiap harinya
dalam hal kegiatan yang mampu memberikan stimulasi pada
perkembangan kecerdasan anak, baik kecerdasan intelektual,
emosi maupun perkembangan fisik dan sosialnya.

Jangan sampai babysitter anda hanya bertugas menjaga SAJA,
tanpa memberikan stimulasi-stimulasi yang sangat diperlukan
oleh anak anda.

Akan sangat kasihan sekali anak anda nantinya, jika
lingkungannya di masa yang sangat haus akan stimulasi ini
ternyata tidak memberikan HAK-nya yang akan menjadi HARTA
yang PALING BERHARGA di masa depan.

Cara yang pernah kami lakukan ternyata SANGAT EFEKTIF dan
MUDAH diikuti oleh babysitter kami dulu. Sayangnya, cara
pembuatan daftar tersebut tidak bisa dijelaskan dengan baik
melalui newsletter ini, karena diperlukan gambar tabel kegiatan.

Ingatlah selalu, waktu terpenting dalam kehidupan anak anda terus
berjalan dengan cepat.

IT'S NOW OR NEVER !

Selamat menerapkan tips diatas dengan KONSISTEN setiap harinya

Rabu, 22 Oktober 2008

Bau Napas Tak Sedap

5 Makanan Pencegah Bau Napas
Napas tak sedap umumnya disebabkan dua masalah utama, yaitu kesehatan mulut dan makanan yang dicerna usus. Dengan kata lain, bau napas berasal tidak hanya dari dalam mulut, melainkan juga dari sistem pencernaan.
Sumber dari kedua penyebab itu adalah bakteri. Berikut ini sejumlah makanan/bahan makanan unggul untuk mencegah bau napas.
1. Tumbuh-tumbuhan
Untuk memerangi bau napas tak sedap, kunyah daun ketumbar, taragon, eucalyptus. Tanaman segar ini juga bisa dibuat minuman. Yang jelas, khasiatnya amat baik pula untuk pencernaan. Jadi, Anda memperoleh dua keuntungan sekaligus, baik untuk pencernaan dan pencuci mulut.
2. Yogurt
Biasakan makan Yogurt. Penelitian menunjukkan, mengonsumsi yogurt setiap hari dapat mengurangi kadar bau napas tak sedap. Yogurt mengandung organisme mikrokospis dan hidrogen sulfida yang dapat mengurangi bakteri di mulut, sehingga mencegah gigi berlubang dan penyakit gusi. Yogurt membuat bakteri tak dapat tumbuh. Tapi ingat, pilih yogurt yang natural, jangan yang sudah dibubuhi gula atau yang telah diproses lebih lanjut.
3. Sayur dan Buah Renyah
Apel, seledri, wortel, bisa dikunyah langsung sehabis makan. Jenis sayur dan buah ini diyakini dapat menambah produksi air liur sehingga menjadikan mulut tetap basah. Tapi tetap saja, gosok gigi sehabis makan untuk mengeluarkan sisa makanan yang menyangkut di sela-sela gigi.
4. Permen
Permen tanpa kandungan gula tidak dapat menggantikan fungsi penting menggosok gigi sehabis makan. Fungsinya hanya menyegarkan napas untuk sesaat karena cara bekerjanya adalah menambah produksi air liur untuk membersihkan bakteri dan penyakit. Permen rasa mint juga dapat digunakan untuk perlindungan sementara.
5. Vitamin C Dosis Tinggi
Makanlah buah-buahan jenis jeruk, melon, dan makanan lainnya yang mengandung vitamin C dosis tinggi. Jika tubuh kita penuh dengan vitamin C, bakteri enggan tumbuh berkembang. Untuk mereka yang berdiet, vitamin C dosis tinggi sangat dibutuhkan untuk mencegah penyakit gusi dan radang gusi.
Kedua penyakit itu menyebabkan bau mulut yang tidak sedap. Dapatkan vitamin C dari makanan, buah-buahan, sayuran, dan jangan dari suplemen, karena suplemen dapat menyebabkan perut menjadi mual sehingga akhirnya napas yang dikeluarkan menjadi bau.

Capek Deh Cemburu

Rahasia Mengatasi Cemburu Buta

Cemburu sering menyebabkan seseorang membuat kebodohan-kebodohan. Untuk mengatasi rasa cemburu yang kerap melanda, ada baiknya Anda ikuti saran berikut ini.

1. Mantan Yang Masih Berhubungan
Bila mereka hanya bertemu atau bertelepon sesekali saja, hal ini masih wajar. Anda harus berhati-hati bila dia tidak memrioritaskan kepentingan Anda, terutama pada pada saat yang diperlukan.

Cara mengatasinya, jangan sekali-kali memaki atau menelepon mantannya. Katakan saja pada pasangan rasa kekhawatiran Anda dengan cara baik-baik. Lelaki mana pun pasti mengerti dan akan berusaha melakukan sesuatu untuk membuat Anda merasa nyaman.

Contoh : kalo sekedar say hello tidak masalah, tapi gak usah buka-buka kangen lama kalo gak mau berantem. cape deh.....

2. Mantan Memiliki Daya Tarik Tertentu
Bila pasangan pernah mempunyai kekasih yang pintar, lucu, atau seksi, pasti Anda akan merasa tidak nyaman dan merasa tidak dapat menyainginya. Jangan melakukan suatu kebodohan dengan mengungkit masa lalunya. Soalnya, begitu mendengar pasangan bercerita dengan jujur, pasti Anda tidak senang dan mungkin akan marah.

Untuk mengatasinya, satu hal yang patut dipahami adalah Anda tidak dapat mengubah masa lalunya. Jadi, sebaiknya terima saja cerita masa lalunya dan ingatkan diri sendiri, seberapa menariknya wanita tersebut, mereka sudah putus dan pasangan memilih Anda sebagai teman kencannya. Oleh karena itu, tak perlu cemburu dan harus yakin bahwa semua sudah berlalu.

Contoh : Pasangan Cerita mantannya, kamu harus ikut cerita mantan kamu biarpun kamu tidak punya jangan diam aja ntar dia besar kepala terus tambah panjang ceritanya.kasihan dech lo...

3. Wanita Rekan Sekerjanya
Bila dia pergi makan beramai-ramai dengan rekan sekerja yang lain, tentu tak masalah. Tapi kalau berduaan saja, baru merupakan masalah.

Cara mengatasinya, katakan pada pasangan, Anda ingin berkenalan dengan teman wanita rekan sekerjanya karena dengan mengenalnya lebih dekat, akan dapat membantu menghilangkan rasa cemburu dan rasa penasaran Anda.

4. Sahabat Wanitanya
Hal-hal yang biasa diceritakannya pada sahabatnya, seharusnya diceritakannya pada Anda. Bila itu tidak dilakukannya, Anda berhak untuk menanyakan hal ini padanya.

Jadi, bila Anda mengungkapkan kekhawatiran, pusatkan perhatian pada bagaimana persahabatannya membahayakan hubungan Anda berdua, bukan dengan cara menyalahkan sahabatnya.

Contoh : Marah boleh koq untuk keselamatan rumah tangga,jangan di biarkan pasangan cerita meskipun katanya sahabat artinya kamulah yang jadi sahabat dia.kalo bisa...bilang gak usah punya sahabat, kalo teman no problem.ok

5. Wanita Seksi yang Dijumpainya
Wajar saja bila dia memerhatikan wanita seksi yang berpapasan di pusat perbelanjaan, sejauh dia hanya menatap dan tersenyum. Pertanda buruk bila pasangan mulai berusaha menyapa wanita tersebut dan mengajaknya mengobrol.

Cara mengatasinya, Anda tidak perlu menanggapinya dengan serius bila matanya jelalatan menatap wanita seksi di suatu pusat perbelanjaan.

Selamat mencoba............

Selasa, 21 Oktober 2008

Masak Kangkung

Oseng-Oseng Kangkung

Oseng-Oseng Kangkung

Bahan:
1 siung bawang putih
2 butir bawang merah
½ kg udang kecil
6-10 butir telur puyuh rebus
3-5 ikat Kangkung
Garam secukupnya
Kecap asin secukupnya
Air secukupnya
3 sdm minyak sayur untuk menumis

Cara Membuat:
Tuang minyak sayur ke penggorengan lalu panaskan.
Tumis bawang merah dan putih sampai warnanya kecoklatan.
Masukkan udang, oseng-oseng sampai udang matang.
Masukkan kangkung dan telur puyuh, lalu masukkan garam, kecap asin, dan air.
Tutup penggorengan kurang lebih 5 menit atau sampai kangkung menjadi layu.
Angkat dan siap dihidangkan.

Untuk 4-5 orang

Masak Lele

BALADO LELE ASAM PEDAS



Bahan:
500 g lele, bersihkan, potong-potong
6 siung bawang merah
3 siung bawang putih
9 buah cabe merah
2 sdm air jeruk nipis
1 buah tomat merah, potong-potong
1 sdt garam halus
1 sdt gula pasir
2 cm lengkuas, memarkan

1 sdt ketumbar, haluskan
1 sendok sayur minyak goreng

Cara Membuat:
1.
Rendam lele dengan larutan air garam dan jeruk nipis. diamkan beberapa saat agar bumbu meresap, angkat, tiriskan. Panaskan minyak, goreng lele di dalam minyak panas yang banyak hingga matang dan berwarna kuning kecokelatan. Angkat.

2. Tumbuk kasar bawang merah, bawang putih, tomat dan cabai merah. Panaskan minyak, tumis campuran bumbu dan ketumbar hingga harum.

3. Masukkan potongan lele goreng, aduk rata. Tambahkan lengkuas, garam, gula pasir dan air jeruk nipis. Masak sambil sesekali diaduk hingga bumbu meresap. Angkat. Atur di dalam pinggan saji. Hidangkan segera.

Untuk 4 Porsi

Tip: Lele bisa diganti dengan ikan lain sesuai selera.

Kamis, 16 Oktober 2008

Sebelum Aku Menikah

Sebelum aku menikah, banyak hal yang memang harus dipersiapkan. Sebulan
sebelum hari pernikahan itu tiba, aku berkali2 mondar mandir dari
rumahku ke rumah calon istriku. Banyak hal yang harus dipersiapkan,
banyak hal yang harus dibicarakan. Mulai dari persiapan gedung, materi
acara, persiapan cetak undangan, catering dan lain2. Karena itu aku
hampir tiap hari selalu ada di rumah calon istriku. Bahkan terkadang aku
nginep di kamar kosong di lantai atas.

Siang itu di hari minggu, ketika semua ada di bawah, aku justru berada
di kamar atas, berbaring seorang diri. Saat itu lah tiba2 Mia adik
istriku membuka pintu dan masuk ke dalam kamarku. Mia sangat cantik.
Tidak begitu tinggi, tapi Mia memiliki body super bohay yang aduhai.
Sangat sexy dan berkulit putih bersih. Saat masuk ke kamar, Mia
mengenakan tank top dan ce lana pendek saja. Tentu saja aku kaget
melihat penampilannya, apalagi Mia mengunci pintu dari dalam.

Aku lalu duduk di tepi tempat tidur, ketika kemudian Mia duduk di
sampingku. “Mas. Aku mau ngomong sesuatu. Mungkin mas udah bisa menebak
arah pembicaraanku. Mungkin mas sebenarnya udah tau isi hatiku terhadap
mas.”

Glek, ga salah berarti selama ini aku melihat Mia sering melirik2 ke
arahku. Ternyata bukan cm aku yang GR. Ternyata dia sebenarnya suka
ama aku. Mia lalu berkata lagi sambil meraba bahuku. “Aku mencintai mas
sejak pandangan pertama. Aku ingin memiliki Mas, tapi itu tidak
mungkin.” “Mia, kau tau…” kataku, tapi Mia keburu memotong. “Aku tau
Mas. Aku tau Mas lebih memilih mbak ku. Tapi mgkn cuma ini kesempatannya
Mas. Aku akan memberikan semua untukmu, sekarang, Mas… sekarang atau
tidak sama sekali. Karena hari2 berikutnya, mas sudah menjadi milik
mbakku dan kesempatan itu tidak akan ada lagi.” Nafasnya agak memburu.
tatapan matanya nakal dan meminta.

Ya ampun, dia menawarkan dirinya untuk ku. Demi cintanya! Seketika itu
juga aku langsung berdiri dan berlari keluar. Aku lari turun tangga.
Nafasku ngos2an. Aku terus berlari menjauhi kamar, menuju pintu depan.
Di kepalaku cm ada satu pikiran, aku
harus secepatnya menuju mobilku yg aku parkir di depan rumah. Siapa
sangka ketika pintu kubuka, di teras telah berkumpul semua orang. Ada
calon istriku, ada mertua ku, ada sepupu2, oma, opa, pokoknya semua ada
di situ seperti menunggu ku.

Ayah mertua ku seketika memelukku “Kamu luar biasa. Kamu baru saja dites
oleh Mia adekmu, dan kau lulus, nak. Kau tidak tergoda!! Kamu bangga
pada laki2 sepertimu.” Calon istriku menitikkan air mata penuh cinta.
Semua memelukku. Akhirnya aku dan calon istriku menikah dan kami hidup
bahagia.

rahasia dari cerita ini :
Jangan bilang siapa2 ya, tapi aku lari secepatnya menuju mobil
sebenarnya bukan karena menghindari Mia, tapi karena kondomku
ketinggalan di dalam mobil.
October 14th, 2008 at 12:58 pm and tagged Jokes, menikah

Aku Tidak Mau Masuk Surga

Digelapnya malam, didalam redupnya sinar lampu kamar

seorang anak kecil berusia sekitar 5thn berdoa dengan sangat khusyuknya

Para malaikat yang sedang menatap kumpulan doa dari para manusia tersentuh…apa gerangan yang mahluk kecil itu inginkan, maka sang malaikat menghampirinya

Anak kecil itu terkejut…

apa dia ada salah sehingga malaikat itu sendiri yang menghampirinya untuk menegur?

atau

apa doa yang dia panjatkan terlalu berlebihan, sehingga malaikat memintanya untuk menghentikan panjatan doa2 itu..

Anak kecil itu lebih terkejut lagi, ketika sang malaikat mengajaknya bertanya tentang doanya

“Apa gerangan yang engkau inginkan wahai mahluk kecil hamba Allah?”

“Apa gerangan yang membuatmu memantapkan doamu ditengah malam ini, disaat mahluk seusiamu sudah berpadu dengan alam mimpi?, tanya sang malaikat dengan lembut

Anak kecil itu terdiam..belum pernah sebelumnya ia bertemu dengan malaikat, memimpikannya bahkan tidak.

“aku…aku lagi berdoa”, jawab anak itu

malaikat itu menatap mata yang memancarkan sinar keluguan dari sang anak

“Aku..sedang berdoa kepada Tuhan, agar aku tidak dimasukkan ke surga”, lanjut anak itu

“Kenapa engkau tidak ingin masuk surga wahai mahluk yang masih bersih dari dosa? engkau bisa memiliki segalanya disitu..mainan yang tak terbatas , kue kue lezat yang bisa kau makan setiap waktu, semua keinginan mu akan ada disitu”, cakap sang malaikat

“Tapi disitu pasti tidak ada Mama dan Papa…………..”, isak sang anak kecil

“Kata buku agama, yang bisa masuk surga hanya orang yang rajin beramal, rajin membantu sesama , yang baik hati”, lanjut sang anak kecil

“Mama tidak pernah mau membantu orang lain, pengemis dijalanan pun ia tepis dengan kakinya………”

“sedangkan papa, dia memang rajin beramal, tapi hanya ketika amal itu bisa dipamerkan ke orang…”

“Mereka berdua memang baik hati, tapi hanya kepada aku, tidak kepada orang lain”

“Aku sayang mama dan papa, tapi aku ga mau menjadi anak baik, dan berada di surga sendirian, tanpa mama dan papa”

Sang malaikat mendengarkan penjelasan sang anak dengan seksama…entah darimana pemikiran seperti itu bisa muncul dari tubuh mungil seorang anak yang bahkan membaca pun belum lancar

“wahai mahluk kecil yang dicintai setiap orang yang melihatmu, disurga nanti, mungkin memang tidak akan ada mama dan papamu , “,

“tapi, jika kamu ada disitu, kamu bisa berdoa untuk menarik mama dan papamu kedalamnya, sehingga kamu tidak akan sendiri lagi”

“tapi jika kamu memilih berada disisi lainnya, maka sesungguhnya kamu dan mama papa mu, akan tetap kekal didalamnya”

“Apakah kamu mengingkan hal itu? wahai mahluk kecil?” jawab sang malaikat

Anak kecil itu terdiam

“Apa aku bisa menarik mama dan papa kedalam surga kelak wahai malaikatku sayang?”, tanyanya untuk memastikan

“Hanya jika kamu menjadi anak baik, shaleh , berbakti kepada orangtuamu, Kelak, semua itu bisa kau lakukan, jika Tuhan menghendaki”, jawab sang malaikat dengan lembut

“Baiklah…aku akan jadi anak baik , shaleh, dan berbakti kepada orangtua”, lanjut si anak kecil

kemudian anak kecil itu kembali berdoa, lebih khusyuk dari sebelumnya

sang malaikat tersenyum, dan kembali bertanya

“Sekarang, doa apalagi yang engkau panjatkan wahai mahluk dengan sejuta doa?”

“Aku sedang berdoa, semoga Tuhan tidak jadi mengabulkan permintaanku sebelumnya , dan memasukkan aku kedalam surga”,Jawab sang anak kecil dengan senyum

Rabu, 15 Oktober 2008

BUNGA MAWAR

Kayaknya semua orang tahu kalau bunga mawar adalah pilihan utama untuk menyatakan cinta. Tapi arti mawar ternyata nggak sedikit lho..

  • Setangkai mawar merah berarti ” I Love You ”
  • Tujuh tangkai mawar berarti yang memberi sangat memuja kamu
  • Dapat 13 tangkai mawar berarti friends forever
  • Kalau mau meminta maaf, kasih saja 15 tangkai mawar
  • Cinta banget sama seseorang?? Beri saja dia 999 tangkai mawar. Artinya “ I Love You Until The End Of Time.”ngeliat banyaknya pasti niat banget..
  • Cuma dapat tangkai dan daunnya? Artinya justru kebalikannya, “Mau jadian sama gw? Ngga mungkin banget!!”

Lagi jealous atau ngeras pacar kamu nggak perhatian lagi sama kamu? Kasih saja mawar kuning, Artinya kamu merasa sedih nggak dianggap penting lagi sama dia

Tidak hanya warna dari mawar yang mempuyai arti, jumlah mawarpun juga mempunyai arti. Masih banyak orang yang tidak mengerti arti dari jumlah mawar sehingga terkadang bingung ketika mau membeli mawar. Seperti teman saya dulu, ia mau memberikan bunga mawar untuk cewenya yang terkasih saat ulang tahun ke 17. Kalau membeli satu kuntum mawar untuk hari istimewa itu, terlihat begitu sederhana. Kemudian ia memutuskan membeli 100 mawar untuk cewenya. Namun apakah memang 100 mawar memang benar mengartikan pesan yang ingin disampaikan kepada cewenya ?

1 Mawar : Cinta pada pandangan pertama atau kesetiaan pada satu orang

2 Mawar : Perasaan kebersamaan

3 Mawar : “Aku mencintaimu”

6 Mawar : “Aku merindukanmu”

7 Mawar : “Aku tergila-gila padamu”

9 Mawar : Bersama selamanya

10 Mawar : “Kamu sempurna”

11 Mawar : “Kamu adalah yang paling kucintai”

12 Mawar : Pernyataan cinta

13 Mawar : Dari pengagum rahasia atau Forever Friend

15 Mawar : “Maafkan aku”

20 Mawar : “Aku tulus kepadamu”

21 Mawar : “Aku selalu ada disampingmu”

24 Mawar : “Aku memikiranmu setiap waktu (24jam).

33 Mawar : “Aku sangat mencintaimu”

36 Mawar : “Aku akan mengingat momen romantis kita”

40 Mawar : “Cintaku padamu sungguh-sungguh”

44 Mawar : Janji yang tak tergantikan

50 Mawar : Penyesalan dalalm cinta

56 Mawar : “Kaulah cintaku”

66 Mawar : Perselingkuhan yang indah

99 Mawar : “Aku akan mencintaimu hingga ajal menjemputku”

100 Mawar : “Aku menjalani hidup dan tua bersamamu”

101 Mawar : “Kamulah satu-satunya dan hanya cintaku”

108 Mawar : “Menikahlah denganku”

365 Mawar : “Mencintaimu setiap hari”

999 Mawar : “Mencintaimu hingga akhir waktu”

1001 Mawar : “Setia mencintaimu hingga selama-lamanya”

Berikut makna dari warna - warnanya,
Warna Putih : Hormat atau merasa kagum
Warna Merah : Sedang tergila - gila pada cinta
Warna Kuning : Cemburu
Warna Putih dan Kuning : Berdamai 
Sedangkan jumlah kuntumnya, tidak boleh sembarangan. Maka dari itu, meskipun
sekarang anda sudah tahu akan aturan ini, kasih tahu juga kepada pasangan
agar tahu akan "bahasa isyarat" ini ;-) jika belum tahu. Semoga anda
sekalian selalu dilimpahi kebahagiaan .
Arti jumlah kuntum mawar dalam satu ikat :
   1. Satu - satunya
   2. Dunia untuk berdua
   3. Aku cinta padamu
   4. Perjanjian sehidup semati
   5. Tanpa sesal
   6. Sesuai kemauan
   7. Melambangkan doa tanpa batas
   8. Mohon maafkan aku
   9. Seumur hidup
   10. Sempurna
   11. Sepenuh hati
   12. Hati bertemu hati

JANGAN LABELING ANAK

Labeling

Oleh Martina Rini S. Tasmin, SPsi.

Bodoh sekali sih kamu, begitu saja salah, tidak bisa……

Aduh anak saya ini loh pemalu sekali……..

Dasar anak bandel……….

Beberapa orangtua pasti tidak asing dengan kalimat-kalimat di atas, beberapa orangtua yang lain mungkin pernah mendengar (dan mengucapkan) versi-versi lain dari kalimat sejenis. Versi-versi lain itu bisa kalimat negatif seperti contoh-contoh di atas dan bisa juga kalimat-kalimat positif yang berisi pujian tentang kehebatan-kehebatan anaknya. Orangtua yang "sempurna" dan sulit menerima kesalahan dan kekurangan, mungkin akan lebih banyak mengatakan kalimat-kalimat negatif, orangtua yang "adil" mungkin pernah mengatakan kedua jenis kalimat tersebut tergantung keadaan anak, sementara orangtua lain yang selalu berpikir positif dan hanya mau melihat hal-hal positif pada anaknya mungkin hanya mengatakan kalimat-kalimat positif. Semua itu disebut sebagai labeling.

Labeling

Labeling adalah proses melabel seseorang. Label, menurut yang tercantum dalam A Handbook for The Study of Mental Health, adalah sebuah definisi yang ketika diberikan pada seseorang akan menjadi identitas diri orang tersebut, dan menjelaskan orang dengan tipe bagaimanakah dia.Dengan memberikan label pada diri seseorang, kita cenderung melihat dia secara keseluruhan kepribadiannya, dan bukan pada perilakunya satu persatu.

Dampak Terhadap Anak

Dalam teori labeling ada satu pemikiran dasar, dimana pemikiran tersebut menyatakan "seseorang yang diberi label sebagai seseorang yang devian dan diperlakukan seperti orang yang devian akan menjadi devian".Penerapan dari pemikiran ini akan kurang lebih seperti berikut "anak yang diberi label bandel, dan diperlakukan seperti anak bandel, akan menjadi bandel". Atau penerapan lain "anak yang diberi label bodoh, dan diperlakukan seperti anak bodoh, akan menjadi bodoh". Kalau begitu mungkin bisa juga seperti ini "Anak yang diberi label pintar, dan diperlakukan seperti anak pintar, akan menjadi pintar".

Pemikiran dasar teori labeling ini memang yang biasa terjadi, ketika kita sudah melabel seseorang, kita cenderung memperlakukan seseorang sesuai dengan label yang kita berikan. Misalnya, seorang anak yang diberi label bodoh cenderung tidak diberikan tugas-tugas yang menantang dan punya tingkat kesulitan di atas kemampuannya karena kita berpikir "ah dia pasti tidak bisa kan dia bodoh, percuma saja menyuruh dia". Karena anak tersebut tidak dipacu akhirnya kemampuannya tidak berkembang lebih baik. Kemampuannya yang tidak berkembang akan menguatkan pendapat/label orangtua bahwa si anak bodoh. Lalu orangtua semakin tidak memicu anak untuk berusaha yang terbaik, lalu anak akan semakin bodoh. Anak yang diberi label negatif dan mengiyakan label tersebut bagi dirinya, cenderung bertindak sesuai dengan label yang melekat padanya. Dengan ia bertindak sesuai labelnya, orang akan memperlakukan dia juga sesuai labelnya. Hal ini menjadi siklus melingkar yang berulang-ulang dan semakin saling menguatkan terus-menerus.

Dalam buku Raising A Happy Child, banyak ahli yang setuju, bahwa bagaimana seseorang memandang dan merasakan dirinya sendiri akan menjadi dasar orang tersebut beradaptasi sepanjang hidupnya. Anak yang memandang dirinya baik akan mendekati orang lain dengan rasa percaya dan memandang dunia sebagai tempat yang aman, dan kebutuhan-kebutuhannya akan terpenuhi. Sementara anak yang merasa dirinya tidak berharga, tidak dicintai akan cenderung memilih jalan yang mudah, tidak berani mengambil resiko dan tetap saja tidak berprestasi.

Bagi banyak orang (termasuk anak-anak) pengalaman mendapatkan label tertentu (terutama yang negatif) memicu pemikiran bahwa dirinya ditolak. Pemikiran bahwa dirinya ditolak dan kemudian dibarengi oleh penolakan yang sesungguhnya, dapat menghancurkan kemampuan berinteraksi, mengurangi rasa harga diri, dan berpengaruh negatif terhadap kinerja seseorang dalam kehidupan sosial dan kehidupan kerjanya.

Saran Bagi Orangtua

Adalah penting bagi anak untuk merasa bahwa dirinya berharga dan dicintai. Perasaan ini diketemukan olehnya lewat respon orang-orang sekitarnya, terutama orang terdekat yaitu orangtua. Kalau respon orangtua positif tentunya tidak perlu dicemaskan akibatnya. Tetapi, adakalanya sebagai orangtua, tidak dapat menahan diri sehingga memberikan respon-respon negatif seputar perilaku anak. Walaupun sesungguhnya orangtua tidak bermaksud buruk dengan respon-responnya, namun tanpa disadari hal-hal yang dikatakan orangtua dan bagaimana orangtua bertindak, masuk dalam hati dan pikiran seorang anak dan berpengaruh dalam kehidupannya.

Beberapa saran bagi orangtua:

1. Berespon secara spesifik terhadap perilaku anak, dan bukan kepribadiannya. Kalau anak bertindak sesuatu yang tidak berkenan di hati, jangan berespon dengan memberikan label, karena melabel berarti menunjuk pada kepribadian anak, seperti sesuatu yang terberi dan tidak bisa lagi diperbaiki. Contoh: Kalau anak tidak berani menghadapi orang baru, jangan katakan "Aduh kamu pemalu sekali", atau "Jangan penakut begitu dong Nak", tetapi beresponlah "Tidak kenal ya dengan tante ini, jadi tidak mau menyapa. Kalau besok ketemu lagi, mau ya menyapa, kan sudah pernah kenalan". Kalau anak nakal (naughty), jangan katakan bahwa dia nakal tapi katakan bahwa perilakunya salah (misbehave). Anak-anak sering berperilaku salah, selain karena mereka memang belum mengetahui semua hal yang baik-buruk; benar-salah; boleh-tidak boleh, mereka juga suka menguji batas-batas dari orangtuanya. Misalnya, kakak merebut mainan adik, katakan "Kakak, merebut mainan orang lain itu salah, tidak boleh begitu. Kalau main sama adik gantian ya" (dan bukan mengatakan "Kakaaaaak, nakal sekali sih merebut mainan adiknya"). Dengan demikian tidak ada pesan negatif yang masuk dalam pikiran anak, dan bahkan anak didorong untuk mau bertindak benar di waktu berikutnya.

2. Gunakan label untuk kepentingan pribadi orangtua. Sebenarnya melabel tidak selamanya buruk, asalkan label tersebut digunakan orangtua untuk dirinya sendiri, agar lebih memahami dinamika perilaku anak. Misalnya, "Anakku A lebih bodoh daripada anakku B". Tapi label tersebut tidak dikatakan di depan anak, "A kamu itu kok lebih bodoh ya daripada adikmu si B". Dengan mengetahui dinamika anak lewat label yang ada dalam pikiran orangtua sendiri, hendaknya orangtua menggunakan label tersebut untuk menyusun strategi selanjutnya, agar kekurangan anak diperbaiki. Misalnya, setelah mengetahui A lebih bodoh daripada B, maka orangtua memberikan lebih banyak waktu untuk mengajarkan sesuatu dan mempersiapkan diri untuk lebih sabar jika menghadapi A.

3. Menarik diri sementara jika sudah tidak sabar. Adakalanya orangtua sudah tidak sabar dan inginnya melabel anak, misalnya "Heeeeh kamu goblok banget sih, 1 + 1 saja tidak bisa-bisa". Jika kesabaran sudah diambang batas, sebelum kata-kata negatif keluar, ada baiknya orangtua menarik diri sementara dari anak, time off. Katakan pada anak, "Papa sudah lelah, mungkin kamu juga sudah lelah. Kita istirahat dulu, nanti belajar lagi sama-sama. Siapa tahu setelah istirahat kita berdua lebih berkonsentrasi dan semangat belajar".

Bagaimana cara orangtua berbicara dan menanggapi kekurangan-kekurangan anak akan sangat berpengaruh bagi anak sepanjang hidupnya. Oleh karena itu orangtua harus sangat berahti-hati dan mempertimbangkan secara matang apa yang akan diucapkan kepada anaknya. Mulutmu harimaumu, begitulah kata pepatah, yang dalam hal ini mulut orangtua bisa menjadi harimau bagi anak. Penting sekali orangtua selalu berkata-kata positif tentang anak, agar anak jadi berpikir positif tentang dirinya dan bertumbuh dengan harga diri yang tinggi dan perasaan dicintai dan diterima.(jp)

Dampak Pengabaian Terhadap Anak

Dampak Penyiksaan dan Pengabaian Terhadap Beberapa Aspek Kehidupan Anak

Menurut berbagai lembaga penanganan terhadap anak-anak yang mendapat perlakuan negatif dari orang tua, ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dampak atau efek dari penyiksaan atau pengabaian terhadap kehidupan sang anak. Faktor-faktor tersebut adalah :

  • · Jenis perlakuan yang dialami oleh sang anak
  • · Seberapa parah perlakuan tersebut dialami
  • · Sudah berapa lama perlakuan tersebut berlangsung
  • · Usia anak dan daya tahan psikologis anak dalam menghadapi tekanan
  • · Apakah dalam situasi normal sang anak tetap memperoleh perlakuan atau pengasuhan yang wajar
  • · Apakah ada orang lain atau anggota keluarga lain yang dapat mencintai, mengasihi, memperhatikan dan dapat diandalkan oleh sang anak

Sementara itu penyiksaan dan atau pengabaian yang dialami oleh anak dapat menimbulkan permasalahan di berbagai segi kehidupannya seperti:

  1. Masalah Relational
  2. Masalah Emosional
  3. Masalah Kognisi
  4. Masalah Perilaku

Masalah Relational

Kesulitan menjalin dan membina hubungan atau pun persahabatan

  • · Merasa kesepian
  • · Kesulitan dalam membentuk hubungan yang harmonis
  • · Sulit mempercayai diri sendiri dan orang lain
  • · Menjalin hubungan yang tidak sehat, misalnya terlalu tergantung atau terlalu mandiri
  • · Sulit membagi perhatian antara mengurus diri sendiri dengan mengurus orang lain
  • · Mudah curiga, terlalu berhati-hati terhadap orang lain
  • · Perilakunya tidak spontan
  • · Kesulitan menyesuaikan diri
  • · Lebih suka menyendiri dari pada bermain dengan kawan-kawannya
  • · Suka memusuhi orang lain atau dimusuhi
  • · Lebih suka menyendiri
  • · Merasa takut menjalin hubungan secara fisik dengan orang lain
  • · Sulit membuat komitmen
  • · Terlalu bertanggung jawab atau justru menghindar dari tanggung jawab

Masalah Emosional

  • · Merasa bersalah, malu
  • · Menyimpan perasaan dendam
  • · Depresi
  • · Merasa takut ketularan gangguan mental yang dialami orang tua
  • · Merasa takut masalah dirinya ketahuan kawannya yang lain
  • · Tidak mampu mengekspresikan kemarahan secara konstruktif atau positif
  • · Merasa bingung dengan identitasnya
  • · Tidak mampu menghadapi kehidupan dengan segala masalahnya

Masalah Kognisi

  • · Punya persepsi yang negatif terhadap kehidupan
  • · Timbul pikiran negatif tentang diri sendiri yang diikuti oleh tindakan yang cenderung merugikan diri sendiri
  • · Memberikan penilaian yang rendah terhadap kemampuan atau prestasi diri sendiri
  • · Sulit berkonsentrasi dan menurunnya prestasi di sekolah
  • · Memiliki citra diri yang negatif

Masalah Perilaku

  • · Muncul perilaku berbohong, mencuri, bolos sekolah
  • · Perbuatan kriminal atau kenakalan
  • · Tidak mengurus diri sendiri dengan baik
  • · Menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak wajar, dibuat-buat untuk mencari perhatian
  • · Muncul keluhan sulit tidur
  • · Muncul perilaku seksual yang tidak wajar
  • · Kecanduan obat bius, minuman keras, dsb
  • · Muncul perilaku makan yang tidak normal, seperti anorexia atau bulimia

Tidak semua anak akan memperlihatkan tanda-tanda tersebut di atas karena mereka merasa malu, atau takut untuk mengakuinya. Bisa saja mereka diancam oleh pelakunya untuk tidak membicarakan kejadian yang dialami pada orang lain. Jika tidak, maka mereka akan mendapatkan hukuman yang jauh lebih hebat. Tidak menutup kemungkinan, anak-anak tersebut justru mencintai pelakunya. Mereka ingin menghentikan tindakannya tetapi tidak ingin pelakunya ditangkap atau dihukum, atau melakukan suatu tindakan yang membahayakan keutuhan keluarga.

Tantrum

Oleh Martina Rini S. Tasmin, SPsi.

Andi menangis, menjerit-jerit dan berguling-guling di lantai karena menuntut ibunya untuk membelikan mainan mobil-mobilan di sebuah hypermarket di Jakarta? Ibunya sudah berusaha membujuk Andi dan mengatakan bahwa sudah banyak mobil-mobilan di rumahnya. Namun Andi malah semakin menjadi-jadi. Ibunya menjadi serba salah, malu dan tidak berdaya menghadapi anaknya. Di satu sisi, ibunya tidak ingin membelikan mainan tersebut karena masih ada kebutuhan lain yang lebih mendesak. Namun disisi lain, kalau tidak dibelikan maka ia kuatir Andi akan menjerit-jerit semakin lama dan keras, sehingga menarik perhatian semua orang dan orang bisa saja menyangka dirinya adalah orangtua yang kejam. Ibunya menjadi bingung....., lalu akhirnya ia terpaksa membeli mainan yang diinginkan Andi. Benarkah tindakan sang Ibu?

Temper Tantrum

Kejadian di atas merupakan suatu kejadian yang disebut sebagai Temper Tantrums atau suatu luapan emosi yang meledak-ledak dan tidak terkontrol. Temper Tantrum (untuk selanjutnya disebut sebagai Tantrum) seringkali muncul pada anak usia 15 (lima belas) bulan sampai 6 (enam) tahun.

Tantrum biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan energi berlimpah. Tantrum juga lebih mudah terjadi pada anak-anak yang dianggap "sulit", dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar tidak teratur.

2. Sulit menyukai situasi, makanan dan orang-orang baru.

3. Lambat beradaptasi terhadap perubahan.

4. Moodnya (suasana hati) lebih sering negatif.

5. Mudah terprovokasi, gampang merasa marah/kesal.

6. Sulit dialihkan perhatiannya.

Tantrum termanifestasi dalam berbagai perilaku. Di bawah ini adalah beberapa contoh perilaku Tantrum, menurut tingkatan usia:

1. Di bawah usia 3 tahun:

  • Menangis
  • Menggigit
  • Memukul
  • Menendang
  • Menjerit
  • Memekik-mekik
  • Melengkungkan punggung
  • Melempar badan ke lantai
  • Memukul-mukulkan tangan
  • Menahan nafas
  • Membentur-benturkan kepala
  • Melempar-lempar barang

2. Usia 3 - 4 tahun:

  • Perilaku-perilaku tersebut diatas
  • Menghentak-hentakan kaki
  • Berteriak-teriak
  • Meninju
  • Membanting pintu
  • Mengkritik
  • Merengek

3. Usia 5 tahun ke atas

  • Perilaku- perilaku tersebut pada 2 (dua) kategori usia di atas
  • Memaki
  • Menyumpah
  • Memukul kakak/adik atau temannya
  • Mengkritik diri sendiri
  • Memecahkan barang dengan sengaja
  • Mengancam

Faktor Penyebab

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Tantrum. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Terhalangnya keinginan anak mendapatkan sesuatu.

Setelah tidak berhasil meminta sesuatu dan tetap menginginkannya, anak mungkin saja memakai cara Tantrum untuk menekan orangtua agar mendapatkan yang ia inginkan, seperti pada contoh kasus di awal.

2. Ketidakmampuan anak mengungkapkan diri.

Anak-anak punya keterbatasan bahasa, ada saatnya ia ingin mengungkapkan sesuatu tapi tidak bisa, dan orangtuapun tidak bisa mengerti apa yang diinginkan. Kondisi ini dapat memicu anak menjadi frustrasi dan terungkap dalam bentuk Tantrum.

3. Tidak terpenuhinya kebutuhan.

Anak yang aktif membutuh ruang dan waktu yang cukup untuk selalu bergerak dan tidak bisa diam dalam waktu yang lama. Kalau suatu saat anak tersebut harus menempuh perjalanan panjang dengan mobil (dan berarti untuk waktu yang lama dia tidak bisa bergerak bebas), dia akan merasa stres. Salah satu kemungkinan cara pelepasan stresnya adalah Tantrum. Contoh lain: anak butuh kesempatan untuk mencoba kemampuan baru yang dimilikinya. Misalnya anak umur 3 tahun yang ingin mencoba makan sendiri, atau umur anak 4 tahun ingin mengambilkan minum yang memakai wadah gelas kaca, tapi tidak diperbolehkan oleh orangtua atau pengasuh. Maka untuk melampiaskan rasa marah atau kesal karena tidak diperbolehkan, ia memakai cara Tantrum agar diperbolehkan.

4. Pola asuh orangtua

Cara orangtua mengasuh anak juga berperan untuk menyebabkan Tantrum. Anak yang terlalu dimanjakan dan selalu mendapatkan apa yang diinginkan, bisa Tantrum ketika suatu kali permintaannya ditolak. Bagi anak yang terlalu dilindungi dan didominasi oleh orangtuanya, sekali waktu anak bisa jadi bereaksi menentang dominasi orangtua dengan perilaku Tantrum. Orangtua yang mengasuh secara tidak konsisten juga bisa menyebabkan anak Tantrum. Misalnya, orangtua yang tidak punya pola jelas kapan ingin melarang kapan ingin mengizinkan anak berbuat sesuatu dan orangtua yang seringkali mengancam untuk menghukum tapi tidak pernah menghukum. Anak akan dibingungkan oleh orangtua dan menjadi Tantrum ketika orangtua benar-benar menghukum. Atau pada ayah-ibu yang tidak sependapat satu sama lain, yang satu memperbolehkan anak, yang lain melarang. Anak bisa jadi akan Tantrum agar mendapatkan keinginannya dan persetujuan dari kedua orangtua.

5. Anak merasa lelah, lapar, atau dalam keadaan sakit.

6. Anak sedang stres (akibat tugas sekolah, dll) dan karena merasa tidak aman (insecure).


Tindakan

Dalam buku Tantrums Secret to Calming the Storm (La Forge: 1996) banyak ahli perkembangan anak menilai bahwa Tantrum adalah suatu perilaku yang masih tergolong normal yang merupakan bagian dari proses perkembangan, suatu periode dalam perkembangan fisik, kognitif dan emosi anak. Sebagai bagian dari proses perkembangan, episode Tantrum pasti berakhir. Beberapa hal positif yang bisa dilihat dari perilaku Tantrum adalah bahwa dengan Tantrum anak ingin menunjukkan independensinya, mengekpresikan individualitasnya, mengemukakan pendapatnya, mengeluarkan rasa marah dan frustrasi dan membuat orang dewasa mengerti kalau mereka bingung, lelah atau sakit. Namun demikian bukan berarti bahwa Tantrum sebaiknya harus dipuji dan disemangati (encourage). Jika orangtua membiarkan Tantrum berkuasa (dengan memperbolehkan anak mendapatkan yang diinginkannya setelah ia Tantrum, seperti ilustrasi di atas) atau bereaksi dengan hukuman-hukuman yang keras dan paksaan-paksaan, maka berarti orangtua sudah menyemangati dan memberi contoh pada anak untuk bertindak kasar dan agresif (padahal sebenarnya tentu orangtua tidak setuju dan tidak menginginkan hal tersebut). Dengan bertindak keliru dalam menyikapi Tantrum, orangtua juga menjadi kehilangan satu kesempatan baik untuk mengajarkan anak tentang bagaimana caranya bereaksi terhadap emosi-emosi yang normal (marah, frustrasi, takut, jengkel, dll) secara wajar dan bagaimana bertindak dengan cara yang tepat sehingga tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain ketika sedang merasakan emosi tersebut.

Pertanyaan sebagian besar orangtua adalah bagaimana cara terbaik dalam menyikapi anak yang mengalami Tantrum. Untuk menjawab pertanyaan tersebut kami mencoba untuk memberikan beberapa saran tentang tindakan-tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua untuk mengatasi hal tersebut. Tindakan-tindakan ini terbagi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu:

1. Mencegah terjadinya Tantrum

2. Menangani Anak yang sedang mengalami Tantrum

3. Menangani anak pasca Tantrum

Pencegahan

Langkah pertama untuk mencegah terjadinya Tantrum adalah dengan mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, dan mengetahui secara pasti pada kondisi-kondisi seperti apa muncul Tantrum pada si anak. Misalnya, kalau orangtua tahu bahwa anaknya merupakan anak yang aktif bergerak dan gampang stres jika terlalu lama diam dalam mobil di perjalanan yang cukup panjang. Maka supaya ia tidak Tantrum, orangtua perlu mengatur agar selama perjalanan diusahakan sering-sering beristirahat di jalan, untuk memberikan waktu bagi anak berlari-lari di luar mobil.

Tantrum juga dapat dipicu karena stres akibat tugas-tugas sekolah yang harus dikerjakan anak. Dalam hal ini mendampingi anak pada saat ia mengerjakan tugas-tugas dari sekolah (bukan membuatkan tugas-tugasnya lho!!!) dan mengajarkan hal-hal yang dianggap sulit, akan membantu mengurangi stres pada anak karena beban sekolah tersebut. Mendampingi anak bahkan tidak terbatas pada tugas-tugas sekolah, tapi juga pada permainan-permainan, sebaiknya anak pun didampingi orangtua, sehingga ketika ia mengalami kesulitan orangtua dapat membantu dengan memberikan petunjuk.

Langkah kedua dalam mencegah Tantrum adalah dengan melihat bagaimana cara orangtua mengasuh anaknya. Apakah anak terlalu dimanjakan? Apakah orangtua bertindak terlalu melindungi (over protective), dan terlalu suka melarang? Apakah kedua orangtua selalu seia-sekata dalam mengasuh anak? Apakah orangtua menunjukkan konsistensi dalam perkataan dan perbuatan?

Jika anda merasa terlalu memanjakan anak, terlalu melindungi dan seringkali melarang anak untuk melakukan aktivitas yang sebenarnya sangat dibutuhkan anak, jangan heran jika anak akan mudah tantrum jika kemauannya tidak dituruti. Konsistensi dan kesamaan persepsi dalam mengasuh anak juga sangat berperan. Jika ada ketidaksepakatan, orangtua sebaiknya jangan berdebat dan beragumentasi satu sama lain di depan anak, agar tidak menimbulkan kebingungan dan rasa tidak aman pada anak. Orangtua hendaknya menjaga agar anak selalu melihat bahwa orangtuanya selalu sepakat dan rukun.

Kembali ke atas

Ketika Tantrum Terjadi

Jika Tantrum tidak bisa dicegah dan tetap terjadi, maka beberapa tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua adalah:

1. Memastikan segalanya aman. Jika Tantrum terjadi di muka umum, pindahkan anak ke tempat yang aman untuknya melampiaskan emosi. Selama Tantrum (di rumah maupun di luar rumah), jauhkan anak dari benda-benda, baik benda-benda yang membahayakan dirinya atau justru jika ia yang membahayakan keberadaan benda-benda tersebut. Atau jika selama Tantrum anak jadi menyakiti teman maupun orangtuanya sendiri, jauhkan anak dari temannya tersebut dan jauhkan diri Anda dari si anak.

2. Orangtua harus tetap tenang, berusaha menjaga emosinya sendiri agar tetap tenang. Jaga emosi jangan sampai memukul dan berteriak-teriak marah pada anak.

3. Tidak mengacuhkan Tantrum anak (ignore). Selama Tantrum berlangsung, sebaiknya tidak membujuk-bujuk, tidak berargumen, tidak memberikan nasihat-nasihat moral agar anak menghentikan Tantrumnya, karena anak toh tidak akan menanggapi/mendengarkan. Usaha menghentikan Tantrum seperti itu malah biasanya seperti menyiram bensin dalam api, anak akan semakin lama Tantrumnya dan meningkat intensitasnya. Yang terbaik adalah membiarkannya. Tantrum justru lebih cepat berakhir jika orangtua tidak berusaha menghentikannnya dengan bujuk rayu atau paksaan.

4. Jika perilaku Tantrum dari menit ke menit malahan bertambah buruk dan tidak selesai-selesai, selama anak tidak memukul-mukul Anda, peluk anak dengan rasa cinta. Tapi jika rasanya tidak bisa memeluk anak dengan cinta (karena Anda sendiri rasanya malu dan jengkel dengan kelakuan anak), minimal Anda duduk atau berdiri berada dekat dengannya. Selama melakukan hal inipun tidak perlu sambil menasihati atau complaint (dengan berkata: "kamu kok begitu sih nak, bikin mama-papa sedih"; "kamu kan sudah besar, jangan seperti anak kecil lagi dong"), kalau ingin mengatakan sesuatu, cukup misalnya dengan mengatakan "mama/papa sayang kamu", "mama ada di sini sampai kamu selesai". Yang penting di sini adalah memastikan bahwa anak merasa aman dan tahu bahwa orangtuanya ada dan tidak menolak (abandon) dia.


Ketika Tantrum Telah Berlalu

Saat Tantrum anak sudah berhenti, seberapapun parahnya ledakan emosi yang telah terjadi tersebut, janganlah diikuti dengan hukuman, nasihat-nasihat, teguran, maupun sindiran. Juga jangan diberikan hadiah apapun, dan anak tetap tidak boleh mendapatkan apa yang diinginkan (jika Tantrum terjadi karena menginginkan sesuatu). Dengan tetap tidak memberikan apa yang diinginkan si anak, orangtua akan terlihat konsisten dan anak akan belajar bahwa ia tidak bisa memanipulasi orangtuanya.

Berikanlah rasa cinta dan rasa aman Anda kepada anak. Ajak anak, membaca buku atau bermain sepeda bersama. Tunjukkan kepada anak, sekalipun ia telah berbuat salah, sebagai orangtua Anda tetap mengasihinya.

Setelah Tantrum berakhir, orangtua perlu mengevaluasi mengapa sampai terjadi Tantrum. Apakah benar-benar anak yang berbuat salah atau orangtua yang salah merespon perbuatan/keinginan anak? Atau karena anak merasa lelah, frustrasi, lapar, atau sakit? Berpikir ulang ini perlu, agar orangtua bisa mencegah Tantrum berikutnya. Jika anak yang dianggap salah, orangtua perlu berpikir untuk mengajarkan kepada anak nilai-nilai atau cara-cara baru agar anak tidak mengulangi kesalahannya. Kalau memang ingin mengajar dan memberi nasihat, jangan dilakukan setelah Tantrum berakhir, tapi lakukanlah ketika keadaan sedang tenang dan nyaman bagi orangtua dan anak. Waktu yang tenang dan nyaman adalah ketika Tantrum belum dimulai, bahkan ketika tidak ada tanda-tanda akan terjadi Tantrum. Saat orangtua dan anak sedang gembira, tidak merasa frustrasi, lelah dan lapar merupakan saat yang ideal. Kembali ke atas

Dari uraian diatas dapat terlihat bahwa kalau orangtua memiliki anak yang "sulit" dan mudah menjadi Tantrum, tentu tidak adil jika dikatakan sepenuhnya kesalahan orangtua. Namun harus diakui bahwa orangtualah yang punya peranan untuk membimbing anak dalam mengatur emosinya dan mempermudah kehidupan anak agar Tantrum tidak terus-menerus meletup. Beberapa saran diatas mungkin dapat berguna bagi anda terutama bagi para ibu/ayah muda yang belum memiliki pengalaman mengasuh anak. Selamat membaca, semoga bermanfaat.(jp)

Jangan Sering Bentak Anak

BILA ANAK SELALU DI BENTAK

“Bid…ayo mandi! Disuruh mandi saja kok malas amat!” bentak ibu Abid (7) seraya menyeret paksa anaknya yang sedang asyik bermain.
“Fatma…jangan dekati kompor itu! Bahaya, tahu!” Bentak ayah Fatma yang memergoki putrinya (2) sedang mengutak-atik kompor minyak.
Ketika bocah kecil itu menangis mendengar bentakan ayahnya, sang ayah malah kembali membentak, “Heh…diam!” Si kecil pun semakin ketakutan.
Membentak anak, sepertinya sudah menjadi kebiasaan sebagian orang tua. Saat melihat anak melakukan kesalahan, atau ketidakpatuhan, orang tua memang sering dibuat jengkel. Secara refleks, karena emosi, orang tua sering bermaksud ‘menasihati’, tapi diucapkan dengan nada tinggi. Kebiasaan ini juga lebih sering dilakukan oleh orang tua yang temperamental. Pertanyaannya, efektifkah menasihati anak dengan bentakan? Tentu tidak, sebab kalau anak terlalu sering dibentak, maka ia bisa tumbuh menjadi pribadi yang minder, tertutup, bahkan pemberontak. Ia pun bisa menjadi temperamental dan meniru kebiasaan orang tuanya, suka membentak. Dalam Nikah edisi Juni 2006 sudah dibahas cara menasihati anak secara efektif (Menegur Perilaku, Menghargai Pelaku). Pada edisi kali ini, akan dipaparkan beberapa akibat bila anak terlalu sering menerima bentakan. Selain itu, akan dibahas pula bagaimana kiat menumbuhkan kepatuhan.


SALAH KAPRAH ORANG TUA
Seringkali orang tua baru bertindak ketika kesalahan telah dilakukan oleh anak. Bukan mencegah, mengarahkan, dan membimbing sebelum kesalahan terjadi. Seharusnya orang tua mempertimbangkan tingkat perkembangan kejiwaan anak, sebelum membuat aturan. Jangan menyamakan anak dengan orang dewasa. Orang tua hendaknya menyadari bahwa dunia anak jauh berbeda dengan orang dewasa. Jadi, ketika menetapkan apakah perilaku anak dinilai salah atau benar, patuh atau melanggar, jangan pernah menggunakan tolok ukur orang dewasa. Harus diakui, orang tua yang habis kesabarannya sering membentak dengan kata-kata yang keras bila anak-anak menumpahkan susu di lantai, terlambat mandi, mengotori dinding dengan kaki, atau membanting pintu. Sikap orang tua tersebut seperti polisi menghadapi penjahat. Sebaliknya, orang tua sering lupa untuk memberikan perhatian positif ketika anak mandi tepat waktu, menghabiskan susu dan makanannya, serta memberesi mainannya. Padahal seharusnya, antara perhatian positif dengan perhatian negatif harus seimbang.

PENGARUH TERHADAP ANAK
Anak-anak yang sering diberi perhatian negatif, apalagi dengan teguran keras atau bentakan, akan mudah tertekan jiwanya. Kemungkinan ia bisa berkembang menjadi anak yang:
- Minder
Bila anak selalu dicela dan dibentak, dan tak pernah menerima perhatian positif saat ia melakukan kebaikan, maka ia bisa tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri atau minder. Akan tertanam dalam jiwanya bahwa ia hanyalah anak yang selalu melakukan kesalahan, tidak pernah bisa berbuat kebaikan atau menyenangkan orang lain. Akibatnya, ia sering ragu-ragu atau tidak percaya diri untuk melakukan atau mencoba sesuatu karena takut salah. Misalnya, ia jadi tidak pede untuk mengaji atau membaca Al-Quran, gara-gara orang tuanya selalu membentaknya bila mendengar bacaannya salah.
-Cuek/ tidak peduli
Anak yang selalu dibentak juga bisa berkembang menjadi anak yang cuek dan tidak peduli. Akibat sudah terlalu sering menerima bentakan, ia malah jadi apatis, tidak peduli. Ia pun sering mengabaikan nasihat orang tuanya. Mungkin saat dibentak atau dimarahi ia terlihat diam mendengarkan, tapi sesungguhnya kata-kata orang tuanya hanya dia anggap angin lalu. Masuk ke telinga kanan lalu keluar lewat telinga kiri.
- Tertutup
Orang tua yang temperamental dan suka membentak, tentu akan menakutkan bagi anak. Ya, anak menjadi takut pada orang tuanya sendiri, sehingga ia tumbuh menjadi pribadi yang tertutup. Ia tak pernah mau berbagi cerita dengan orang tuanya. Buat apa berbagi kalau nanti ujung-ujungnya ia akan disalahkan? Dengan demikian, komunikasi antara orang tua dan anak tidak bisa berjalan lancar. Hal ini tentu berbahaya, karena bila menghadapi masalah dan hanya disimpan sendiri, jiwa anak bisa sangat tertekan.
- Pemberontak/ penentang
Anak yang bersikap menentang bisa digolongkan dalam 3 tipe. Pertama, tipe penentang aktif. Mereka menjadi anak yang keras kepala, suka membantah dan membangkang apa saja kehendak orang tua. Mereka marah karena merasa tidak dihargai oleh orang tua. Untuk melawan jelas tak bisa, karena ia hanya seorang anak kecil. Maka ia pun berusaha menyakiti hati orang tuanya. Ia akan senang bila melihat orang tuanya jengkel dan marah karena ulahnya. Semakin bertambah emosi orang tua, semakin senanglah ia. Kedua, tipe penentang dengan cara halus. Anak-anak ini jika diperintah memilih sikap diam, tapi tidak juga memenuhi perintah. Sebagaimana Abid yang disuruh mandi oleh ibunya, tapi tak juga mau beranjak dari tempatnya bermain. Saat ia ditinggalkan sendiri di kamar mandi pun, ia tidak segera mandi, malah bermain air atau kapal-kapalan. Ketiga, tipe selalu terlambat. Anak seperti ini baru mengerjakan suatu perintah setelah terlebih dahulu melihat orang tuanya jengkel, marah, dan mengomel atau membentak-bentak karena kemalasannya. Misalnya Angga yang belum mau beranjak dari tempat tidurnya bila belum dibentak atau diomeli ibunya.
- Pemarah, temperamental dan suka membentak
Anak sering meniru sikap orang tuanya. Bila orang tua suka marah atau ‘main bentak’ karena sebab-sebab sepele, maka anak pun bisa berbuat hal yang sama. Jangan heran bila anak yang diperlakukan demikian, akan berlaku seperti itu terhadap adiknya atau teman-temannya.


BAGAIMANA MENUMBUHKAN KEPATUHAN?
Setelah jelas bila bentakan tidak efektif untuk menumbuhkan kepatuhan, bahkan berpengaruh negatif bagi kepribadian anak, lalu bagaimanakah cara yang baik untuk menumbuhkan kepatuhan?
- Beri penjelasan pada anak
Jelaskan pada anak dengan bahasa yang ia mengerti, mengapa suatu hal diperintahkan dan hal lain dilarang. Jangan sekali-sekali memberi keterangan dusta dalam hal ini.
- Perintahkan sebatas kemampuannya
Perintah di luar kesanggupan dan kemampuan anak justru bisa menyebabkan krisis syaraf (neurotic) dan buruk perangai. Ada pepatah mengatakan, “Jika engkau ingin ditaati, maka perintahkanlah apa yang dapat dipenuhi.” Sebaiknya perintah itu dibagi-bagi dan tuntutan pelaksanaannya pun bertahap. Untuk mengetahui sampai di mana batas kemampuan anak sesuai perkembangan usianya, diperlukan pengetahuan tersendiri. Sebaiknya orang tua memahami perkembangan anak ini.
- Tidak berdusta atau menakut-nakuti
Kadang orang tua mengatakan akan membelikan ini atau itu jika anak mematuhi perintahnya, tapi ternyata setelah anak patuh, orang tua tidak menepati janjinya. Itu berarti orang tua berdusta, dan bisa jadi anak tidak akan percaya lagi pada orang tuanya. Kedustaan seperti ini harus dihindari. Selain itu, orang tua juga sering menakut-nakuti anak dengan sesuatu yang seharusnya berguna baginya. Itu dilakukan karena ingin anaknya segera memenuhi perintah mereka. Misalnya menakut-nakuti anak dengan dokter, suntikan dan sebagainya. Ketakutan anak pada hal-hal tersebut bisa terbawa hingga ia dewasa.
- Jangan bertentangan dengan naluri anak
Gharizah atau naluri adalah kekuatan terpendam dalam diri manusia yang mendorongnya untuk melakukan beberapa pekerjaan tanpa berlatih terlebih dahulu. Janganlah orang tua melarang anak bermain, atau membongkar dan memasang sesuatu. Jangan pula melanggar kebiasaan anak kalau tidak ingin mereka menggunakan jerit tangis sebagai senjatanya. Lebih baik gharizah itu diarahkan sedemikian rupa sehingga anak bisa mengatur dirinya sendiri. Misalkan diberi perintah, “TPA nanti mulai ba’da asar lho, sekarang kan udah setengah tiga. Adik udah aja ya mainnya, dilanjutin besok aja, sekarang mandi dulu, kan udah mau adzan…”. Ungkapan itu tidak melarang anak bermain, dan tidak melanggar kebiasaan mereka bermain di tengah hari. Pemberian ‘masa terbatas’ ini dimaksudkan agar anak bisa mengatur jadwal kegiatannya sendiri, dan akan sangat menolong untuk melatih anak disiplin waktu. Selain itu mereka merasa dianggap mampu untuk mengatur dirinya sendiri tanpa harus didikte begini dan begitu.
(Oel) Referensi: Mendidik dengan Cinta, Irawati Istadi. Pustaka Inti

HIPERAKTIF ATAU AKTIF

HIPERAKTIF ATAU AKTIF... APA BEDANYA?
Anak aktif memiliki kecenderungan menjadi anak cerdas. Sedangkan si hiperaktif
menunjukkan adanya disfungsi neurologis. Inilah penjelasan selengkapnya.

ANAK HIPERAKTIF
SIMAK kata Sani Budiantini Hermawan, Psi.,
"Ditinjau secara psikologis hiperaktif adalah gangguan
tingkah laku yang tidak normal, disebabkan disfungsi
neurologis dengan gejala utama tidak mampu
memusatkan perhatian. Hiperaktif merupakan turunan
dari Attention Deficit Hiperactivity Disorder atau ADHD,"
Psikolog dari Klinik Empati Development Center, Jakarta
ini melanjutkan, gangguan ini disebabkan kerusakan
kecil pada sistem saraf pusat dan otak sehingga rentang
konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit
dikendalikan. Ada juga penyebab lainnya, yakni:
temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi
otak serta epilepsi. Bisa juga kondisi gangguan di
kepala, seperti gegar otak, trauma kepala karena
persalinan sulit atau pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi
makanan.

CIRI-CIRI ANAK HIPERAKTIF
* Tidak Fokus
Anak dengan gangguan hiperaktivitas tidak bisa berkonsentrasi lebih dari lima
menit. Dengan kata lain, ia tidak bisa diam dalam waktu lama dan mudah
teralihkan perhatiannya kepada hal lain. Misalnya, ketika
anak sedang bermain mobil-mobilan kemudian datang anak lain membawa bola,
anak akan langsung mengubah fokus perhatiannya ke bola tersebut. Atau ketika
yang bersangkutan sedang menyelesaikan pasel kemudian mendengar suara dari
arah lain, ia akan mengalihkan perhatiannya dan melupakan pasel yang sedang
dikerjakannya. Anak pun akan berperilaku impulsif, seperti selalu ingin meraih
dan memegang apa pun yang ada di depannya. "Namun, ia memegang tanpa
tujuan. Jadi asal pegang saja kemudian diletakkan kembali atau malah dibanting
hingga rusak," ujar Sani.
Tak hanya itu, anak dengan gangguan hiperaktivitas tidak memiliki fokus jelas.
Dia berbicara semaunya berdasarkan apa yang ingin diutarakan tanpa ada
maksud jelas sehingga kalimatnya seringkali sulit dipahami. Demikian pula pola
interaksinya dengan orang lain. Biasanya yang bersangkutan selalu cuek kala
dipanggil sehingga orang tua sering mengeluh kalau anaknya pura-pura tidak
mendengar. Dengan perilaku seperti ini, anak cenderung tidak mampu
melakukan sosialisasi dengan baik.

* Menentang
Anak dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap penentang/pembangkang atau tidak mau dinasehati. Misalnya, penderita akan marah jika dilarang berlari ke sana kemari, coret-coret atau naik-turun tak berhenti. Penolakannya juga bisa ditunjukkan dengan sikap cuek.
* Destruktif
Perilakunya bersifat destruktif atau merusak. Ketika menyusun lego misalnya, anak aktif akan menyelesaikannya dengan baik sampai lego tersusun rapi. Sebaliknya anak hiperaktif bukan menyelesaikannya malah menghancurkan mainan lego yang sudah tersusun rapi. Terhadap barang-barang yang ada di rumah, seperti vas atau pajangan lain, kecenderungan anak untuk menghancurkannya juga sangat besar. Oleh karena itu, anak hiperaktif sebaiknya dijauhkan dari barang-barang yang mudah dipegang dan mudah rusak.
* Tak kenal lelah
Anak dengan gangguan hiperaktivitas sering tidak menunjukkan sikap lelah. Sepanjang hari dia akan selalu bergerak ke sana kemari, lompat, lari, berguling, dan sebagainya. "Kesannya tidak pernah letih, bergerak terus," ujar Sani. Hal inilah yang seringkali membuat orang tua kewalahan dan tidak sanggup meladeni perilakunya.
* Tanpa tujuan
Semua aktivitas dilakukan tanpa tujuan jelas. Kalau anak aktif, ketika naik ke atas kursi punya tujuan, misalnya ingin mengambil mainan atau bermain peran sebagai Superman. Anak hiperaktif melakukannya tanpa tujuan. Dia hanya naik dan turun kursi saja.
* Tidak sabar dan usil
Yang bersangkutan juga tidak memiliki sifat sabar. Ketika bermain dia tidak mau menunggu giliran. "Ketika dia ingin memainkan mobil-mobilan yang sedang dimainkan oleh temannya, dia langsung merebut tanpa ba-bi-bu," komentar Sani. Tak hanya itu, anak hiperaktif pun
seringkali mengusili temannya tanpa alasan yang jelas. Misalnya, tiba-tiba memukul, mendorong, menimpuk, dan sebagainya meskipun tidak ada pemicu yang harus membuat anak melakukan hal seperti itu.
* Intelektualitas rendah
Seringkali intelektualitas anak dengan gangguan hiperaktivitas berada di bawah
rata-rata anak normal. Mungkin karena secara psikologis mentalnya sudah
terganggu sehingga ia tidak bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya.

ANAK AKTIF
NAH, anak yang hanya sekadar aktif, pada otaknya tidak terdapat gangguan. Hanya saja energi yang terkumpul berlimpah dan si kecil berkeinginan untuk selalu bergerak sehingga ia mempunyai mobilitas yang cukup tinggi dibandingkan anak lain. "Secara kasat mata anak aktif dan hiperaktif memiliki kesamaan perilaku, padahal kalau ditilik lebih lanjut ada perbedaannya," kata Sani.

CIRI-CIRI ANAK AKTIF

* Fokus (perhatian kuat)
Anak aktif memiliki kemampuan kuat untuk memfokuskan perhatian. Ketika bermain pasel misalnya, anak aktif cenderung melakukan problem solving dengan baik. Berbeda dari anak hiperaktif yang umumnya cepat bosan sehingga tidak bisa menyelesaikan atau hanya mempermainkannya saja.
* Lebih penurut
Sikap menentang pada anak aktif tidak sekuat pada anak hiperaktif. Ia masih bisa diberi tahu dan dapat mematuhinya dengan lebih baik. Misalnya, ketika dilarang untuk tidak merusak mainan dengan memberikan alasannya, anak aktif mau berusaha mematuhi. Mainan, seperti mobil-mobilan atau boneka akan dimainkan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
* Konstruktif
Ketika diberikan mainan, pasel umpamanya, si aktif akan berusaha melakukan hal sesuai permintaan. Setidaknya, ia akan berusaha untuk menyusun secara konstruktif permainan tersebut. Demikian pula terhadap mainan lain, anak aktif mau memelihara dengan baik benda-benda yang dimilikinya.
* Ada waktu lelah
Anak aktif umumnya memiliki batas mobilitas. Ketika merasa lelah, dia akan menghentikan kegiatannya dan beristirahat. Walau begitu, pada beberapa kasus ditemukan anak aktif yang waktu istirahatnya sangat sedikit sehingga kesannya tidak pernah lelah seperti anakhiperaktif. * Lebih sabar
Anak aktif punya kesabaran yang lebih tinggi dibandingkan anak hiperaktif. Ketika menyelesaikan pasel misalnya, anak aktif berusaha dengan keras dan sabar untuk menyelesaikan tugasnya hingga tuntas. Hal ini berkaitan dengan daya kreativitas yang biasanya tidak dimiliki anak hiperaktif.
* Intelektualitas tinggi
Umumnya, anak aktif punya kecenderungan menjadi anak cerdas. Ia memiliki tenaga, rasa ingin tahu, dan kesempatan yang lebih besar untuk mengetahui
hal-hal baru. Sebaiknya kesempatan ini dimanfaatkan orang tua untuk
menstimulasi anak dengan sebaik-baiknya.

BILA ANAKKU HIPERAKTIF, MAKA

1. Terimalah kondisi anak
Inilah hal pertama dan terpenting yang perlu dilakukan orang tua. Bila sudah
dapat menerima kondisi anak, orang tua akan lebih baik dalam melakukan
penanganan selanjutnya. "Sadari bahwa anak bukan ingin seperti itu melainkan
kondisi otaknya yang sudah demikian sehingga muncul perilaku yang kurang
positif," tutur Sani.
Orang tua penderita pun disarankan untuk tidak menyimpan permasalahannya
sendiri. Curhat pada seseorang yang dianggap bisa membantu, meski sekadar
untuk mendengarkan cerita, sedikit banyak dapat meringankan beban masalah.
"Curhat terkadang bisa menjadi sarana cooling down bagi orang tua sehingga
tindakan yang dilakukan lebih lanjut bisa berjalan dengan lebih baik."
Kerja sama antara suami-istri harus dijalin dengan baik agar anak dapat
tertangani dengan baik. Akan sangat membantu bila anggota keluarga lain,
seperti kakek-nenek atau kerabat lainnya memahami apa yang kita hadapi.

2. Perbaiki perilaku anak
Hal lain yang perlu penanganan segera adalah perilaku anak yang destruktif agar
perilakunya lebih terarah. Untuk ini tentu diperlukan bantuan ahli seperti
psikolog.
Pada umumnya, saran yang diberikan ahli adalah menyalurkan energi anak pada
kegiatan-kegiatan positif yang ia sukai. Bila bosan, ganti dengan yang lain lagi.
Intinya, usahakan energinya habis untuk kegiatan yang positif.

3. Terapi
Bila gangguan yang dialami tergolong parah, biasanya akan dilakukan terapi
perilaku, seperti terapi psikososial, educational therapy, occasional therapy, dan
psikoterapi. Dalam terapi seperti itu anak akan diajarkan perilaku mana yang
boleh dan tidak. Obat-obatan sedapat mungkin dihindari karena memiliki efek
samping, seperti mengantuk, nafsu makan berkurang, sulit tidur, tik (semacam
kedutan), nyeri perut, sakit kepala, cemas, perasaan tidak nyaman, serta
menghambat kreativitas.
Pemberian obat dalam jangka panjang juga bisa menimbulkan efek negatif pada
sistem saraf, yakni menyebabkan ketergantungan obat, bahkan sampai ia
dewasa. "Obat baru digunakan bila dalam kondisi terpaksa," tandas Sani.

4. Sediakan sarana
Untuk mengantisipasi gerakan-gerakan anak dengan gangguan hiperaktivitas
yang tidak bisa diam, sebaiknya ruangan untuk anak bermain dirancang
sedemikian rupa agar tidak terlalu sempit serta tidak dipenuhi banyak barang dan
pajangan. Hal ini untuk menghindari kejadian-kejadian yang tidak diharapkan,
seperti anak terbentur, tersandung, atau bahkan memecahkan barang-barang
berharga. Bila memang tersedia, halaman luas sangat baik untuk memberikan
kebebasan bergerak bagi penderita.

LAKUKAN OBSERVASI SEDERHANA
Diagnosa pasti apakah seorang anak termasuk hiperaktif atau tidak, harus
melalui pemeriksaan ahli seperti dokter atau psikolog. Namun, orang tua bisa
melakukan prediksi melalui observasi sendiri. "Ciri-ciri gangguan hiperaktivitas
sebenarnya baru terdeteksi jelas saat anak berusia empat tahun atau di usia-usia
awal sekolah. Namun, tak masalah bila orang tua sudah melakukan observasi
sejak si kecil berusia batita," jelas Sani.
Jika orang tua memiliki kecurigaan si kecil mengalami gangguan hiperaktivitas,
saran Sani, jangan buru-buru mengambil kesimpulan. Sebaiknya amati terus
perkembangannya dan bandingkan dengan anak sebayanya. "Sangat baik bila
kita berkonsultasi pada psikolog anak. Kalau didiamkan, anak dengan gangguan
hiperaktivitas bisa tumbuh menjadi pribadi yang cepat bosan, jenuh, pencemas,
tidak pernah menyelesaikan tugas, antisosial, dan sebagainya."