Rabu, 15 Oktober 2008

Belajar Mengasah Daya Ingat

Daya Ingat Anak-anak
Anak lebih mudah mengingat informasi yang menarik.

Adek, tadi di rumah eyang main apa?" Kalau Anda memberikan pertanyaan seperti ini kepada batita, apakah ia akan lancar menjawab? Atau, ketika kita sudah menjelaskan berulang kali agar dia tak memegang dinding tembok yang baru dicat, apakah ia akan selalu patuh? Jawabannya tidak. Namun, bukan berarti si batita pikun, lo. Melainkan karena daya ingat jangka pendek dan panjangnya masih terbatas.

Segala informasi mungkin saja sudah diterima oleh otak si batita lalu disimpan di memori jangka pendeknya. Sayangnya, tumpukan informasi itu sulit sekali dikeluarkan. Meski kemampuan bicaranya sudah berkembang, tapi dia belum berpengalaman menceritakan kejadian yang dialaminya secara lengkap, disamping ingatanya juga belum berkembang. Tak heran, dia tergagap-gagap saat harus menceritakan pengalamannya.

Harus diingat, batita umumnya lebih mudah mencerna dan mengingat informasi yang dirasakannya menarik, dan mengabaikan informasi yang tak penting. Saat orangtua berteriak agar dia tidak menaiki meja, misal, dia tidak memedulikannya dan memilih naik ke meja untuk mengambil mainannya. Baginya, meraih mainan adalah penting dan larangan menaiki meja harus diabaikan. Jika Anda masih tak percaya, lakukan tes berikut. Sebelum berangkat kerja, katakan kepada anak secara berulang kali bahwa dia akan dibelikan mainan mobil-mobilan.

Sepulang kerja, dapat dipastikan si kecil akan menagih janji Anda. Daya ingat batita sebenarnya luar biasa, meski terbatas hanya pada hal yang menurutnya menarik.

Selain itu, batita juga umumnya memiliki pusat perhatian pendek. Perhatiannya pun mudah teralih oleh hal yang dirasakannya lebih menarik. Umpamanya, orangtua menyuruh anaknya mengambil telepon genggam di kamar, anak pun bergegas masuk kamar. Tak berapa lama, dia kembali dengan mainan robot-robotannya. Ingatan akan telepon genggam yang dipesan orangtua langsung menguap begitu melihat mainan robot-robotannya di atas kasur.

Seiring pertambahan usia, pengalaman anak menceritakan urutan kejadian semakin membaik, disamping daya ingatnya juga sudah berkembang. Si kecil tak lagi gagap saat harus menceritakan pengalamannya jalan-jalan ke mal, bermain di taman bunga, bahkan mengingat semua urutan kejadian dengan detail dan lengkap. Si kecil juga mulai bisa menjadi pesuruh ulung, bisa menerima perintah dan melaksanakannya dengan baik.

Agar itu bisa terjadi, orangtua harus rajin-rajin melatih daya ingat anak. Latihan meliputi agar anak mampu memasukkan, menyimpan, dan mengeluarkan kembali informasi yang diberikan. Semakin banyak orangtua melatih, semakin bagus daya ingat yang dimiliki anak. Nah, berikut ini beberapa cara melatih daya ingat anak sebagaimana dipaparkan Rezki Yuniandari, Psi., kepada Saeful Imam, reporter nakita.

6 CARA Melatih DAYA INGAT

1. Hindari Pemaksaan

Pilih waktu dan kondisi yang tepat. Jika anak tak mau bercerita, biarkan saja. Toh, suatu saat dia pasti senang membagi pengalamannya dengan orangtua.

2. Bercerita

Mulailah dari orangtua menceritakan pengalamannya sehari-hari. Sepulang bekerja, misal, orangtua menceritakan bahwa tadi naik kereta api dan makan gado-gado. Ceritakan secara detail alat transportasi bernama kereta dan makanan gado-gado yang enak itu. Lakukan secara rutin. Dengan demikian, anak mendapat pembelajaran asyiknya bercerita pengalaman sehari-hari.

Selanjutnya, minta anak menceritakan pengalamannya. Contoh, tadi baru saja anak naik kereta gantung di sebuah tempat rekreasi. Nah, begitu tiba di rumah, orangtua bisa membuka ingatan anak. Bagaimana rasanya naik kereta gantung, tanyakan perasaan anak berada di tempat tinggi, juga kejadian lainnya, misal, anak sempat melihat badut berbadan gemuk melambaikan tangan begitu turun dari kereta gantung. Dengan membuka ingatannya (recalling), anak terbiasa membuka memori dan menceritakannya. Jika si kecil terlihat agak bingung, cobalah pancing dengan menceritakan salah satu kejadian. Biasanya, secara otomatis anak akan menceritakan pengalaman itu lebih lanjut.

3. Ajukan Pertanyaan Spesifik

Banyak anak bingung karena tak memahami perintah orangtua yang umum. Sepulang bermain, orangtua akan bertanya, tadi main apa? Memang, beberapa anak dengan sigap akan menjawab pertanyaan ini. Tapi beberapa anak lain akan menggelengkan kepala atau malah cuek. Karena itu, cobalah ajukan pertanyaan spesifik. Misal, "Tadi Adek main mobil-mobilan, ya?", "Apakah temanmu Doni ikut?", dan lain-lain.

4. Beri Perintah Sederhana

Tak mudah memberi perintah kepada anak batita. Ingat, batita berhak menyortir isi pesan dan melupakannya jika memorinya tak bisa menampung. Karenanya, jangan terlalu banyak memberi perintah. Batasi maksimal dua perintah saja, semisal, "Ambil bonekamum, simpan di atas meja." Itu sudah cukup. Bandingkan jika orangtua mengatakan, "Ambil bonekamu dan simpan di meja, lalu cuci tanganmu."

Lihat juga kondisi dan situasi. Ingat, ada situasi dimana anak tidak memedulikan perintah orangtua, sejelas atau sekeras apa pun perintah itu. Misal, memerintah saat anak sedang asyik bermain, menonton teve, letih, atau memiliki minat terhadap hal lain.

5. Mengulang-ulang

Sering kan, mendengar seorang bocah batita dengan lancar menyanyikan lagu dewasa atau doa-doa pendek? Itu terjadi karena informasi tersebut diterima si batita secara berulang-ulang. Setiap bangun pagi, kita putarkan lagu atau setiap mau tidur diajak berdoa. Mulanya, doa dan lagu itu disimpan anak dalam memori jangka pendeknya (short term memory), tapi repetisi (pengulangan) membuat informasi itu disimpan dalam memori jangka panjangnya (long term memory).

Karena itu, pengulangan sangat efektif mengasah ingatan jangka panjang. Pengulangan membuat pesan menjadi penting yang akhirnya disimpan di memori, dialihkan dari jangka pendek ke jangka panjang. Ini berbeda jika informasi itu tak dianggap penting. Informasi itu bisa menjadi memori jangka pendek yang beberapa menit kemudian terhapus dari memori anak.

6. Permainan Ingatan

Bisa berupa mainan atau buku. Anak diajak melihat, mengamati, dan mengingat apa yang dilihatnya. Misal, mengajarkan bentuk atau warna. Namun ini bukan menjadi keharusan, tetapi sangat baik untuk mengasah daya ingat dan daya tangkapnya.

Tidak ada komentar: