Rabu, 15 Oktober 2008

Perilaku Anak

Mengarahkan Anak

Ada dua ketakutan kaum ibu menyangkut anaknya, autis dan
hiperaktif. Jika anaknya terkena autis, ibu akan sangat gugup
karena anaknya tak fokus, cenderung pendiam dan sulit
beradaptasi. Jika hiperaktif malah
gelisah karena anaknya susah dikendalikan. Padahal, rata-rata
anak autis dan hiperaktif punya KECERDASAN yang LUAR
BIASA.
Mengelola anak hiperaktif memang butuh kesabaran yang luar
biasa, juga kesadaran untuk senantiasa tak merasa lelah, demi
kebaikan si anak.
Anak hiperaktif memang selalu bergerak, nakal, tak bisa
berkosentrasi.
Keinginannya harus segera dipenuhi. Mereka juga kadang
impulsif atau melakukan sesuatu secara tiba-tiba tanpa dipikir
lebih dahulu. Gangguan perilaku ini biasanya terjadi pada anak
usia prasekolah dasar, atau sebelum mereka berusia 7 tahun.
Anda cemas dan gugup? Tentu, tapi jangan takut. Kami punya
resepnya.

Pertama, PERIKSALAH.
Tak semua tingkah laku yang kelewatan dapat digolongkan
sebagai hiperaktif. Karena itu, Anda perlu menambah
pengetahuan tentang gangguan hiperaktif. Yang harus Anda
lakukan adalah mengonsultasikan persoalan yang diderita
anaknya kepada ahli terapi psikologi anak. Ini penting karena
gangguan hiperaktivitas bisa berpengaruh pada kesehatan
mental dan fisik anak, serta kemampuannya dalam menyerap
pelajaran dan bersosialisasi. Tujuannya untuk mendapatkan
petunjuk dari orang yang tepat tentang apa saja yang bisa Anda
lakukan di rumah. Selain itu juga berguna untuk menghapus rasa
bersalah dan memperbaiki sikap Anda
agar tak terlalu menuntut anak secara berlebihan. Di sini
biasanya para ahli akan memberikan obat yang sesuai atau
sebuah terapi.

Kedua, PAHAMILAH.
Untuk bisa menangani anak hiperatif, ada baiknya pula
jika Anda dan anggota keluarga mengikuti support group dan
parenting skill-training. Tujuannya agar bisa lebih memahami
sikap dan perilaku anak, serta apa yang dibutuhkan anak, baik
secara psikologis, kognitif (intelektual) maupun fisiologis. Jika si
anak merasa bahwa orang tua dan anggota keluarga lain bisa
mengerti keinginannya, perasaannya, frustasinya, maka kondisi
ini akan meningkatkan kemungkinan anak bisa
tumbuh seperti layaknya orang-orang normal lainnya.

Ketiga, LATIH kefokusannya.
Jangan tekan dia, terima kaeadaan itu. Perlakukan anak dengan
hangat dan sabar, tapi konsisten dan tegas dalam
menerapkan norma dan tugas. Kalau anak tidak bisa diam di satu
tempat, coba pegang kedua tangannya dengan lembut, kemudian
ajaklah untuk duduk diam. Mintalah agar anak menatap mata
Anda ketika berbicara atau diajak berbicara. Berilah arahan
dengan nada yang lembuat, tanpa harus membenatk. Arahan ini
penting sekali untuk melatih anak disiplin dan berkonsentrasi
pada satu pekerjaan. Anda harus konsisten. Jika meminta
dia melakukan sesuatu, jangan berikandia ancaman tapi
pengertian, yang membuatnya tahu kenapa Anda berharap dia
melakukan itu.

Keempat, TELATENLAH.
Jika dia telah betah untuk duduk lebih lama, bimbinglah anak
untuk melatih koordinasi mata dan tangan dengan cara
menghubungkan titik-titik yang membentuk angka atau huruf.
Latihan ini juga bertujuan untuk memperbaiki cara menulis angka
yang tidak baik dan salah. Selanjutnya anak bisa diberi latihan
menggambar bentuk sederhana dan mewarnai. Latihan ini sangat
berguna untuk melatih motorik halusnya.
Bisa pula mulai diberikan latihan berhitung dengan berbagai
variasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Mulailah dengan penjumlahan atau pengurangan dengan
angka-angka dibawah 10. Setelah itu baru diperkenalkan konsep angka 0 dengan benar.
Jika empat fase di atas telah dapat Anda lewati, bersyukurlah,
pasti keaktifan anak Anda sudah dapat difokuskan untuk
perkembangan jiwanya. Ini juga akan sangat membantu Anda
dalam menjaganya. Dan kini, masukilah tahap berikutnya,
bagaimana Anda harus bekerjasama dengan dia.

Kelima, BANGKITKAN kepercayaan dirinya.
Jika mampu, ini juga bisa dipelajari, gunakan teknik-teknik
pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif.
Misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib atau
berhasil melakukan sesuatu dengan benar, memberikan disiplin
yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak. Tujuannya
untuk meningkatkan rasa percaya diri anak.
Di samping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan
perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua. Misalnya,
dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila
suatu saat anak melanggarnya, orangtua
mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orang
tua sebelumnya.
Dalam tahap ini, usahakan emosi Anda berada di titik stabil,
sehingga dia tahu, penguat positif itu tidak datang atas kendali
amarah. Ingat, anak hiperaktif rata-rata juga sangat sensitif.

Keenam, KENALI arah minatnya.
Jika dia bergerak terus, jangan panik, ikutkan saja, dan catat
baik-baik, kemana sebenarnya tujuan dari
keaktifan dia. Jangan dilarang semuanya, nanti dia prustasi.
Yang paling penting adalah mengenali bakat atau kecenderungan
perhatiannya secara dini.
Dengan begitu, Anda bisa memberikan ruang gerak yang cukup
bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya.
Misalnya, mengikutkan anak pada klub sepakbola di bawah umur
atau berenang, agar anak belajar bergaul dan disiplin. Anak juga
belajar bersosial karena ia harus mengikuti tatacara
kelompoknya.

Ketujuh, MINTA dia bicara.
Ini sangat penting Anda terapkan.
Ingat, anak hiperaktif cenderung susah berkomunikasi dan
bersosialisai, sibuk dengan dirinya sendiri. Karena itu, bantulah
anak dalam bersosialisasi
agar ia mempelajari nilai-nilai apa saja yang dapat diterima
kelompoknya.
Misalnya melakukan aktivitas bersama, sehingga Anda bisa
mengajarkan anak bagaimana bersosialisasi dengan teman dan
lingkungan. Ini memang butuh kesabaran dan kelembutan.
Mengembangkan ketrampilan berkomunikasi si kecil memang
butuh waktu. Terlebih dulu ia harus dilengkapi dengan sikap
menghargai, tenggang rasa, saling memahami, dan berempati,
ujar Susan Barron, Ph.D,
Direktur Pusat Perkembangan dan Pembelajaran Mount Sinai
Medical Center di New York dalam salah satu artikelnya di
majalah Child.

Terakhir, SIAP bahu-membahu.
Jika dia telah mampu
mengungkapkan pikirannya, Anda dapat segera membantunya
mewujudkan apa yang dia inginkan. Jangan ragu. Bila perlu,
bekerja samalah dengan guru di sekolah agar guru memahami
kondisi anak yang sebenarnya. Mintalah guru tak perlu
membentak, menganggap anak nakal, atau mengucilkan, karena akan
berdampak lebih buruk bagi kesehatan mentalnya. Kerjasama ini
juga penting karena anak sulit berkosentrasi dan menyerap
pelajaran dengan baik. Dibutuhkan kesabaran dan bimbingan
dari guru bagi anak hiperaktif.
Nah, itulah dasar-dasar pengelolaan jika anak Anda mengidap
hiperaktif. Dia tak berbahaya, hanya butuh SENTUHAN dan
PERHATIAN LEBIH. Jika itu dia dapatkan, anak Anda akan
berubah jadi JENIUS yang bukan tak mungkin, akan mengubah
dunia. (CN02)

Tidak ada komentar: